Laporan Praktikum Koloid
Cretad By:
1.
Gracia Maria L
2.
Nur Ayati
3.
Prio Agung N
4.
Rika Omami
5.
Syyadam Kurnia
6.
Zulma Adistin
Daftar Isi
Kata
Penggantar………………………………………… i
Daftar
Isi…………………………….......……………….. ii
BAB 1 :
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1
1.2 Tujuan Percobaan…………………………………………. 2
BAB 2 :
2.1 Tinjauan
Pustaka……………………………………… 3
2.2 Sifat-sifat
Koloid……………………………………… 4
2.3 Pembuatan Sistem
Koloid…...……………………… 5
BAB 3 :
3.1 Alat dan
Bahan………………………………………… 6
3.2 Prosedur Percobaan…………………………………. 7
BAB 4 :
4.1 Hasil
Pengamatan………………….…………………… 8
4.2
Pembahasan………………….………………………….. 10
BAB 5 :
5.1 Kesimpulan……….……………………………………… 11
5.2 Saran………………..…………………………………….. 12
Daftar Pustaka…………………………………….………..
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan
sehari-hari banyak dijumpai koloid baik dalam bentuk produk-produk maupun dalam
keadaan terlihat yang biasa dijumpai. Seperti produk sabun, dan produk aerosol
atau yang sering kali kita lihat seperi udara yang berdebu, kabut, dan lain
sebagainya.
Pada dasarnya setiap
konsep dan penerapan serta perlakuan melalui praktek kimia membutuhkan larutan
dan campuran. Di sini akan di bahas mengenai campuran yang secara khusus yakni
campuran koloid. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya
terletak antara larutan dan suspensi ( larutan kasar). Sistem koloid ini
mempunyai sifat-sifat khas yang berbeda dengan sifat larutan dan suspensi. Keadaan
bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas,
dan dapat di buat dalam keadaan koloid.
Melalui penjelasan di
atas menyampaikan bahwa betapa pentingnya memepelajari koloid, baik dalam
sifat-sifat koloid serta mengetahui cara pembuatan-pembuatan koloid. misalnya
saja dalam industri cat, keramik, plastik, lem, tinta, mentega, keju, pelumas,
sabun, agar-agar, detergen, gel,dan sejumlah besar produk lainnya. Maka dari
pada itu, inilah yang mendasari mengapa perlu mempelajari sistem koloid.
Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding
sel rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk.
Histeresis adalah
gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan gel lainnya, yang
berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair. Agar-agar mulai mencair pada
suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Melihat dari bahan
yang digunakan dalam agar-agar yang ada terkaitan dengan bahan kimia,maka kami
pun akan menjelaskannya dalam laporan ini.
1.2 Tujuan Percobaan
n
Mengetahui beberapa sifat koloid dalam percobaan
n
Mengetahui cara pembuatan koloid dalam percobaan
n
Mengetahui fungsi norit pada percobaan adsorbsi
BAB 2
2.1 Tinjauan Pustaka
Seorang kimiawan jerman
bernama Richard Zigmondy, pada tahun 1912 mendesain mikroskop ultra untuk
mengamati partikel-partikel terlarut termasuk partikel koloid. Ternyata
partikel koloid mempunyai diameter 10 -7 – 10-5. mengapa harus menggunakan
mikroskop ultra? Karena hanya partikel yang ukuran diameternya lebih besar dari
10-5 cm dapat dilihat dengan mikroskop biasa.
Tingkat wujud (fase)
benda terdiri dari, cair dan gas. Tiap tingkat wujud tersebut dapat menjadi
tersebut dapat menjadi medium pendispersi ataupun fase terdisfersi, berdasarkan
hal tersebut, sistem koloid dapat di bagi menjadi beberapa jenis, seperti yang
tercantum dalam tabel di bawah ini:
Fase
Terdispersi
|
Medium Pendispersi
|
Nama
Koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Cair
|
Busa/ buih
|
Busa air laut, Busa
sabun
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Karet busa,batu apung
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Kabut,awan,embun
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Susu,mayones, santan
|
Cair
|
Padat
|
Emulsi padat
|
Mutiara,mentega,keju
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Debu, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat kanji
|
Padat
|
Padat
|
Sol padat
|
Kaca, paduan logam
|
Dari
tabel di atas, yang perlu diingat adalah sebagai berikut:
-Aerosol : sistem koloid
dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas, jika yang
trerdispersi berupa zat cair di sebut aerosol cair.
Dewasa ini banyak produk
dibuat dalam bentuk aerosol seprti semprot rambut (hair spray), semprot obat
nyamuk, farpume, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol di
perlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang
banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokargon (CFC) dan karbondioksida.
-Sol : sistem koloid yang
fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa zat
padat, disebut sol padat.
- Emulsi : sistem koloid
yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa
berupa zat cair. Bila medium pendispersinya berupa zat padat dikenal dengan
emulsi zat padat.
- Busa : sisitem koloid
yang fase terdispersinya berupa gas dan medium pendispersinya berupa
cair, bila medium pendispersinya berupa zat padat disebut busa padat.
2.2 Sifat-sifat Koloid
Sifat-sifat koloid sangat
berguna untuk dipahami dan ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat-sifat koloid, antara lain:
- Efek TyndaL
Suatu sifat koloid sangat berguna untuk dipahami
dan ada kaitannya dengan percobaan tyndal. Bila suatu larutan (larutan sejati)
disinari dengan seberkas sinar tampak maka berkas sinar tadi akan diserap
dan dipancarkan. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid
maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang
melalui sisitem koloid akan teramati berupa jalur cahaya. Efek tyndal adalah
sifat khas kolid yang dapat menghamburkan berkas cahaya.
Dalam kejadian
sehari-hari, efek tyndal dapat dilihat dalam peristiwa berikut :
1. cahaya matahari jelas
sekali berkasnya di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut. Jika berkas
cahaya matahario tampak jelas di sela-sela dinding dapur yang banyak asapnya .
2. Berkas cahaya proyektor
tampak jelas di gedung bioskop yang banyak asap rokoknya.
3. Sorot cahaya mobil berkas
tampak jelas pada daerah yang berkabut.
- Gerak Brown
Partikel
koloid dapat bergerak lurus tetapi arahnya tidak menentu (gerak zigzag). Karena
penemu gerakan partikel koloid seperti itu adalah Robert Brown maka gerak zig
zag partikel koloid disebut gerak brown. Gerak brown adalah gerak zig zag dari
partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra. Gerak brown itu
disebabkan adanya tumbukan dari partikel medium terdispersi.
Bila
partikel dari sistem koloi dilihat dengan mikroskop akan tampak senantiasa
partikel-partikel koloid bergerak lurus, tetapi arahnya tidak menentu.
- Koloid Pelindung
Koloid
pelindung merupakan sifat koloid yang dapat melindungi koloid lain. Koloid
pelindung pada emulsi dinamakan emulgator. Ada beberapa koloid yang tidak
mengalami pemggumpalan,jika di tambahkan suatu koloid lain. Koloid yang dapat
memberikan kestabilan disebut koloid pelindung. Koloid pelindung membuntuk
lapisan di sekeliling partikel koloid,sehingga melindungi muatan partikel
koloid tersebut.
Contoh :
a.) Tinta tidak
mengendap karena dicampur dengan koloid pelindung.
b.) Pada pembuatan
es krim dicampur dengan gelatin sebagai koloid pelindung,yang mencegah
pengkristalan es.
2.3 Pembuatan Sistem
koloid
Ukuran partikel koloid
terletak antara larutan sejati dengan partikel-partikel suspensi. Pembuatan
sistem koloid dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu kondensasi dan cara
dispersi.
1) Cara Kondensasi
Cara kondensasi adalah
dengan menggabungkan ion-ion,atom-atom,molekul-molekul,atau partikel yang lebih
halus membentuk partikel yang lebih besar dan sesuai dengan ukuran partikel
koloid.
2) Cara Dispersi
Cara dispersi adalah
dengan menghaluskan butir-butir zat yang bersifat makroskopis (kasar) menjadi
butir-butir zat yang bersifat mikroskopis (halus),sesuai dengan ukuran partikel
koloid. Dispersi bisa dilakukan dengan cara mekanik,peptisasi maupun cara busur
bredig.Pembuatan koloid dengan cara dispersi, dapat
dilakukan melalui beberapa metode yaitu :
1. Cara Mekanik.
Pembuatan
koloid secara mekanik dilakukan dengan cara menggerus / menghaluskan
partikel-partikel kasar menjadi partikel-partikel halus. Selanjutnya,
didispersikan ke dalam medium pendispersi. Pada umumnya ke dalam sistem koloid
yang terbentuk; ditambahkan zat penstabil yang berupa koloid pelindung. Zat
penstabil ini berfungsi untuk mencegah terjadinyakoagulasi.
Contoh
:
Sol
belerang dapat dibuat dengan cara menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
zatinert ( misalnya gula pasir ) kemudian mencampur serbuk halus
tersebut dengan air.
2. Cara Peptisasi.
Cara
peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemecah ( zat pemeptisasi ). Zat pemeptisasi
akan memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Istilah peptisasi dihubungkan
dengan istilah peptonisasi yaitu proses pemecahan protein (polipeptida )
dengan menggunakan enzim pepsin sebagai katalisatornya.
Contoh
:
o
Agar-agar dipeptisasi oleh
air
o
Nitroselulosa oleh aseton
o
Karet oleh bensin
o
Endapan NiS dipeptisasi
oleh H2S
o
Endapan Al(OH)3 dipeptisasi
oleh AlCl3.
BAB 3
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
1. Panci (ukuran sedang)
2. Gunting
3. Tempat Cetakan Agar-agar
4. Pengaduk Agar-agar/Centong
Bahan :
1. Agar-agar saset (3 bungkus)
2. Santan Kara (2 Bungkus)
3. Gula Pasir (± 10 sendok makan/sesuai
selera)
4. Air mineral (± 1800cc)
3.2 Prosedur Percobaan
Langkah
Kerja :
1. Masukan
Agar-agar saset dan gula kedalam panic yang tersedia.
2. Setelah
itu masukan Air mineral dan santan secara bersamaan sekaligus diaduk(pengadukan
ini dilakukan agar santan tidak pecah).
3. Selanjutnya
taruh panic diatas kompor,nyalakan kompor dengan api sedang.
4. Aduk
adonan Agar-agar secara terus menerus agar santan tidak pecah,tunggu hingga
mendidih.
5. Setelah
itu tuang adonan Agar-agar kedalam cetaka Agar-agar yang ada,biarkan selama
beberapa menit hingga uap panas dalam adonan agar-agar hilang.
6. Setelah
uap agar-agar hilang masukan adonan agar-agar kedalam kulkas dan tunggu hingga
adonan mengeras.
7. Setelan
mengeras Agar-agar pun dapat disantap oleh keluarga dengan menggunakan tambahan
vla.
BAB
4
4.1 Hasil Pengamatan
Pada praktikum ini,
sistem koloid yang digunakan yaitu Suspensi. Yang terjadi jika
suspensi agar-agar dipanaskan maka akan terdapat gelembung-gelembung gas,
karena agar-agar mendidih. Selain itu akan tercampur antara padatan agar-agar
dengan air, jika didiamkan atau didinginkan dalam suhu kamar maka padatan
agar-agar akan mengeras dan terdapat efek tyndall walaupun tidak
jelas. Efek tyndal adalah sifat
khas koloid yang dapat menghamburkan berkas cahaya.
4.2 Pembahasan
Koloid adalah suatu
bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Secara
Makroskopis koloid tampak homogen, tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra
akan tampak heterogen, masih dapat dibedakan atas komponennya. Koloid umumnya
keruh tetapi stabil (tidak memisah).
Suspensi adalah campuran
kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennhya terdapat bidang batas dan
sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Suspensi tampak keruh
dan tidak stabil. Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan.
Larutan adalah campuran
homogen, di mana antarkomponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak
terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu, campuran
homogen mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya.
Koloid yang medium
pendispersinya zat cair dibedakan menjadi koloid liofil dan liofob. Hal ini didasarkan
atas sifat tarikan antara partikel pendispersinya dengan partikel terdispersi.
Liofil artinya suka pada cairan dan liofob artinya tidak suka ( takut ) pada
cairan. Sol liofil lebih kental dari medium pendispersinya, dan tidak akan
mengalami penggumpalan bila sedikit ditambahkan elektrolit. Oleh karena itu,
koloid dari sol liofil lebih stabil jika dibandingkan dengan koloid liofob. Zat
terdispersi dari suatu sol liofil dapat dipisahkan dari medium pendispersinya,
dengan cara penguapan atau pengendapan. Contoh dari koloid liofil ini antara
lain agar – agar, susu dan santan. Sedangkan sol liofob bersifat sebaiknya
dengan sol liofil. Jika medium pendispersi dari sol liofob diuapkan atau
digumpalkan dengan larutan elektrolit, sehingga zat terdispersi terpisah dari
medium pendispersi. Contoh dari koloid liofob antara lain sol belerang dan sol
emas.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan
percobaan, dapat dilihat bahwa campuran agar-agar dengan air
yang telah dipanaskan sebelumnya sangat nampak efek tyndallnya.
Gel terbentuk karena
pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika
didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat, memadat dan
membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk
sistem koloid padat-cair.
Proses pemanasan pada agar-agar
dimaksudkan agar butir-butir kasar endapan agar-agar dapat menjadi partikel
koloid dengan bantuan pemeptisasi. Dari hasil pengamatan maka agar-agar
tergolong jenis koloid emulsi padat dengan fase terdispersi cair dan medium
pendispersi padat. Cara pembuatan agar-agar membutuhkan zat pemecah yang berupa
air agar menjadi partikel koloid.
5.2 Daftar Pustaka
Sutresna, Nana. 2011. Advanced Learning Chemistry 2A
For Grade XI Senior High School. Bandung: GRAFINDO MEDIA
PRATAMA.
Utami, Budi. d.k.k..2009. KIMIA Untuk SMA/MA Kelas XI
Program Ilmu Alam. Jakarta: PT Gendarin
Indonesia.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar.
Jakarta: Erlangga
Kusnawati, Tine Maria, dkk. 2005.
Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara
Oxtoby, David W. 2001.
Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga


ijin copy buat tugas kak🙏
BalasHapusAgar agarnya agar agar swallow gitu atau nutrijell??
BalasHapus